PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN TEKNIK MANAJEMEN DIRI UNTUK
MENINGKATKAN EFIKASI DIRI
DALAM BELAJAR
ABSTRAK
Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui: (1) pengaruh layanan BK dengan teknik
manajemen-diri untuk meningkatkan efikasi-diri dalam belajar pada siswa, (2) perbedaan pengaruh teknik BK manajemen-diri untuk
meningkatkan efikasi belajar ditinjau dari latar belakang sekolah. Penelitian
ini menggunakan pendekatan kuasi eksperimen dengan rancangan pretest-postes
control group, subyek penelitian 160 siswa SMAN, pengumpulan data menggunakan
angket, teknik analisis data menggunakan teknik statistik Anacova. Hasil
Penelitian (1) Tingkat efikasi belajar pada tes awal sebesar 64%, dan tes akhir
70,2%. (2) Layanan BK dengan tekni manajemen-diri berpengaruh untuk
meningkatkan efikasi-diri dalam belajar (F=37.03 signif. 000), (2) tidak ada
perbedaan pengaruh pengunaan metode manajemen diri dilihat dari latar belakang
sekolah (F=1,553, signif 0,215). Direkomendasikan agar teknik manajemen-diri digunakan
dalam layanan BK di SMA untuk meningkatkan efikasi belajar siswa.
Kata kunci: Layanan BK,
manajemen-diri, efikasi, belajar
LATAR
BELAKANG MASALAH
Siswa Sekolah
Menengah Atas (SMA), dihadapkan pada situasi kehidupan dan belajar yang kompleks, sarat dengan tugas, beban, tantangan, dan sekaligus peluang, yang oleh Jarvis
(1992) disebutnya sebagai paradoks belajar. Banyak siswa yang mengalami masalah
dalam belajar, di antaranya rendahnya efikasi-diri dalam belajar yang ditandai
adsanya motivasi belajar kurang, menunda tugas, menghindari beban belajar,
mudah menyerah dan sebagainya, sehingga prestasi belajarnya tidak optimal. Sisi
lain dijumpai pelaksanan layanan bimbingan dan konseling (BK) belum optimal,
karen guru BK menghadapi berbagai permasalahan dan hambatan, diantaranya
korangnya kompetensi profesional.
Melihat kenyataan tersebut, sekolah dituntut untuk meningkatkan layanan
bimbingan dan konseling.Dari sisi siswa dituntut untuk memiliki efikasi-diri
dalam belajar, agar mampu menghadapi tuntutan tugas-tugas belajar.Dikatakan
Nelson dan Jones (2011:437) “Untuk melaksanakan kinerja yang ahli orang perlu
memiliki keterampilan yang dipersyaratkan dan keyakinan akan efikasinya untuk
menggunakannya”.Berbagai penelitian menunjukkan bahwa efikasi belajar
menentukan hasil belajar (Anik Susilawati, 2009; Schutz, 1997; Schunk, 1995;
Bandura, 1997).Efikasi-diri berkorelasi dengan strategi belajar yang efektif
(Pintrich & De Groot, 1990).
Untuk meningkatkan efikasi-diri dalam belajar siswa SMA, diantaranya
dilakukan melalui layanan BK. Dalam layanan BK memerlukan strategi bimbingan
dan konseling yang efektif.Terdapat beragam teori, strategi, model dalam
layanan BK. Karsau (McLeod, 2003:11) menyebut ada 400 model konseling dan psikoterapi.Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa tidak ada satu teori, teknik, strategi yang
terbukti efektif untuk semua orang dan semua situasi.Secara kusus belum ada
model BK yang kusus untuk meningkatkan efikasi dalam belajar. Situasi dan
tuntutan belajar yang kompleks, memerlukan pemilihan teknik BK yang efektif,
memerlukan layanan yang memandirikan (Peraturan Mendiknas, No 27 tahun 2008),
dengan melibatkan keaktifan siswa secara penuh (Dave Maier, 2002; Woolfolk,
1995). Salah satu strategi yang demikian adalah strategi manajemen-diri (self-management).Dalam
strategi ini, siswa secara aktif merancang dan melaksanakan kegiatan
belajar.Straegi ini mendasarkan behaviorisme kontemporer (Corey, 1995),
sedangkan McLeod (2007) menyebut kognitif behavioral.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) sejauh mana tingkat
efikasi-diri dalam belajar siswa SMA, (2) Apakah layanan BK dengan teknik
Manajemen Diri efektif untuk meningkatkan efikasi-diri dalam belajar siswa
Sekolah Menengah Atas, (3) Apakah ada perbedaan efektifitas teknik BK
manajemen-diri untuk meningkatkan efikasi-diri dalam belajar antar siswa SMA
standar, siswa SMA mandiri dan siswa SMA RSBI?
Tujuan penelitian untuk mengetahui efektifitas layanan BK dengan teknik
manajemen-diri untuk meningkatkan efikasi-diri dalam belajar menuju
keberhasilan belajar.Manfaat penelitian ini untuk memperkaya model-model
konseling belajar yang telah ada, digunakan guru BK dalam layanan BK untuk
meningkatkan efikasi-diri dalam belajar.Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan
kinerja guru BK dalam layanan BK, menjadi salah satu alternatif untuk
meningkatkan efikasi-diri dalambelajar pada siswa, dan sekaligus mengatasi
hambatan layanan BK di sekolah.Secara teoritis untuk memperkaya khasanah
keilmuan bimbingan dan konseling.
KAJIAN
TEORETIK
Efikasi-diri
dalam Belajar
Bandura (1995:3) mendefinisikan efikasi-diri “refer to beliefs in
one’s capabilities to organize and execute the courses of action required to
produce given attainment”. Efikasi-diri adalah keyakinan seseorang akan
kemampuannya untuk mengorganisasi dan melakukan tindakan-tindakan yang perlu
dalam mencapai tingkat kinerja tertentu. Hacney & Cormier (2009:253)
mengatakan “self-efficacy refers to the perception a client has about the
ability and confidence to handle a situation or to engage in task successfully”.
Zimmerman (2009:204) mendefinisi-kan sebagai “personal judgement of one’s
capabilities to organized and excecute coursess of action to attain disignated
types of educational performance”. Efikasi-diri akademik adalah keyakinan
seseorang akan kemampuannya dalam mengorganisir dan melaksanakan kegiatan
belajar untuk mencapaihasil belajar yang dirancang. Efikasi-diri dalam belajar
berarti keyakinan seorang pelajar akan kemampuannya dalam melaksanakan
tugas-tugas belajar dan keyakinan untuk mencapai tujuan belajar atau
keberhasilan belajar.
Efikasi-diri akan menentukan tujuan dan hasil, dan akan menentukan
bagaimana fasilitator dan penghalang di lingkungan itu dilihat (Bandura, 2004).
Nelson & Jones (2011:438) mengatakan “Orang dengan efikasi-diri tinggi
melihat bahwa penghalang dapat diatasi dengan terus berusaha dan dengan
meningkatkan ketrampilan manajemen-dirinya.Orang dengan efikasi-diri rendah
berhenti berusaha saat menghadapi rintangan”.Pelajar yang memiliki efikasi-diri
dalam belajar yang tinggi berarti memiliki keyakinan diri yang kuat bahwa
dirinya memiliki kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas belajar yang sulit
dan beragam, dan yakin mampu mencapai hasil yang optimal.Efikasi-diri juga
merupakan instrumen yang multi tujuan, sebab tidak hanya terkait dengan
kompetensi, tetapi mampu membangkitkan keyakinan dimana orang mampu melakukan
sesuatu dalam beragam kondisi.Efikasi-diri sebagai mesin yang kuat dalam sistem
pembangkit kemampuan manusia, dan kegagalan mesin dapat terjadi ketika efikasi
seseorang rendah. Nelson &Jones (2011) menjelaskan efikasi memberikan
kontribusi pada bagaimana orang bekerja dengan cara yang sangat beragam,
mempengaruhi perilaku memilih, membantu terjadinya keterlibatan dalam berbagai
kegiatan, memperkuat resiliensi (daya pegas), mempengaruhi bagaimana orang
berfikir dan merasakan.
Secara umum, Bandura (1997) mengemukakan ada tiga dimensi dalam
efikasi-diri, dan mengembangkan skala untuk mengukur efikasi-diri akademik
menggunakan dimensi-dimensi tersebut, yaitu: (1) Tingkat kesulitan tugas yang
dihadapi (level). Efikasi-diri terkait dengan tingkat kesulitan tugas
yang harus dihadapi atau diselesaikan seseorang. (2) Keluasan dan beragamnya bidang
tugas (generality), yaitu dimensi yang terkait dengan luas dan
beragamnya bidang tugas yang dihadapi individu. (3) Tingkat variasi kekuatan (strength),
yaitu dimensi yang terkait dengan keyakinan diri seseorang akan kemampuan untuk
dapat mencapai kesuksesan atau hasil yang optimal, meskipun tugas belum
dihadapkan padanya.
Perubahan perilaku, menurut Bandura kuncinya adalah perubahan
efikasi-diri.Efikasi-diri bukanlah suatu yang ada dengan sendirinya, tetapi
dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan, melalui beberapa faktor.Berbagai
penelitian (Pajares, 1996; Schunk, 1995, Zimmerman, 2000) menunjukkan bahwa
efikasi-diri mempengaruhi motivasi belajar, kegiatan belajar, dan prestasi
belajar.Efikasi-diri berpengaruh terhadap perilaku, yaitu dalam hal pemilihan
perilaku, usaha yang dilakukan dan daya tahan, pola pikir dan reaksi emosional,
dan memproduksi perilaku (Bandura, 1996).Saling pengaruh antara efikasi-diri,
prestasi akademik dan perilaku, ditunjukkan dalam penelitian Schunk et.al,
(1987).Performansi tertentu juga dapat meningkatnya efikasi- diri (Pajares
& Schunk, 2001).
Bandura (1997) mengetengahkan empat faktor yang mempengaruhi efikasi-
diri, yaitu pengalaman menguasai prestasi, pengalaman vikarius, persuasi
sosial, dan keadaan emosi.Pajares & Schunk (2001) mengatakan bahwa
perbedaan efikasi-diri siswa dalam belajar merupakan fungsi dari pengalaman
sebelumnya, kualitas personal, dan dukungan sosial.Dukungan sosial termasuk
strategi pengajaran/bimbingan.
Bimbingan dan Konseling dengan teknik
Manajemen-diri
Teknik manajemen-diri adalah strategi pengubahan perilaku yang dalam
prosesnya menekankan konseli untuk mengadministrasikan strategi dan mengarahkan
usaha perubahan perilakunya, dengan bantuan secara minimal dari konselor.
Hackney & Cormier (2009:269) mengatakan “The primary characteristic of
these self-management strategies is that the client administers the strategy
and directs the change efforts with minimal assistance from the counselor”.
Shelton (1979:129) mendefinisikan “behavior self-management refers to
behavior which allows client to assume responsibility for their own actions
through the manipulation of external or internal event”. Cormier &
Cormier (1985:519) menambahkan suatu tekanan pada aspek prosesnya, yaitu proses
konseli mengarahkan dan mengubah perilakunya.
Strategi manajemen-diri memiliki prosedur kerja yang sistematis
berupa langkah-langkah kerja, sehingga mudah dilakukan dan memungkinkan
efektif. Corey (1996) merangkum pendapat beberapa ahli mengenai langkah-langkah
strategi manajemen-diri, yaitu: (1) Merumuskan atau menentukan tujuan, yaitu
merinci perubahan perilaku yang diharapkan. (2) Menjabarkan tujuan dalam
perilaku sasaran. Tujuan yang dirumuskan dispesifikasikan dalam perilaku
sasaran, (3) Memantau diri, yaitu mengamati dan merekam perilakunya secara
tepat (4) Membuat rencana perubahan lanjutan.
Terdapat beberapa teknik manajemen-diri, Kanfer (1980:339) mengemukakan “Most
self-management programs combine techniques that involve standard-setting,
self-monitoring, self-evaluation, and self-reinforcement”. Hacney &
Cormier (1979) mengemukakan teknik self-monitoring, self-reward,
self-contracting.Cormier & Cormier (1985) mengemuka-kan tiga teknik,
yaitu self-monitoring, stimulus control, dan self-reward.
Woolfolk (1995:226) mengemukakan teknik goal setting, recording and
evaluation progress, self reinforcement.
Strategi ini effektif dan produktif dalam menangani aspek kognitif
(Karoley & Kanfer, 1982).Pelatihan monitoring diri dapat meningkatkan
penyelesaian tugas sekolah, perilaku belajar dan prestasi belajar (Susan
et.al., 1998). Zimmerman (2000) menekankan bahwa model self-regulated
learning menjadikan siswa akan lebih efektif ketika ia belajar dengan
menyadari tujuannya secara penuh. Perumusan tujuan belajar yang spesifik,
strategi pengajaran, prestasi dan umpan balik, hadiah yang menyertai perilaku
efektif mengembangkan efikasi-diri (Schunk, 1995). Persepsi siswa akan kemajuan
yang dicapai akan memperkuat efikasi-diri (Schunk, 1995).
Latar belakang SMA
Keragaman sekolah dalam beberapa aspek pendidikan selalu dijumpai,
meskipun upaya pemerataan mutu pendidikan terus dilakukan. Secara formal
pemerintah mengakui adanya keragaman tersebut, misalnya dengan adanya kategori
atau klasifikasi sekolah: ada sekolah standar, sekolah mandiri, sekolah
berstandar internasional (Depdiknas, 2008). Penilaian suatu sekolah dapat juga
dilihat dari status akreditasi sekolah (PP. No 19 tahun 2005). Aspek-aspek yang
dinilai dalam akreditasi adalah: kurikulum, proses belajar mengajar,
administrasi dan manajemen, organisasi kelembagaan, sarana dan prasarana,
ketenagaan, pembeayaan, peserta didik, peran serta masyarakat, lingkungan dan
kultur masyarakat (Permendiknas No 52 tahun 2008). Masyarakat juga memiliki
penilaian terhadap kualitas suatu sekolah, misalnya suatu sekolah yang
berstatus akreditasi A dipandang lebih berkualitas dibandingkan sekolah lain
yang status akreditasinya sama. Disamping itu suatu sekolah ada yang
menyelenggarakan program pendidikan kusus bagi siswa yang berkemampuan tinggi,
misalnya program akselerasi (UU. No 20 tahun 2003).
Keragaman sekolah tersebut akan mempengaruhi perilaku siswa disekolah,
diantaranya terkait dengan efikasi-diri dalam belajar. Sekolah dengan pemenuhan
standart pendidikan yang optimal atau pemenuhan komponen akreditasi yang
optimal memungkinkan siswa mampu belajar dengan baik. Misalnya sekolah dengan
kualitas yang tinggi dalam hal manajemen, proses belajar mengajar, masukan
siswa, lingkungan dan kultur sekolah yang kondusif, memungkinkan siswanya lebih
optimal dalam belajar, semangat berkompetisi tinggi, memiliki kompe-tensi
belajar dan efikasi-diri dalam belajar, serta prestasi belajarnya lebih tinggi
dibanding siswa yang berasal dari sekolah yang kualitas manajemennya kurang.
METODE
PENELITIAN
Untuk memecahkan permasalahan tersebut dilakukan penelitian yang
bersifat kuantitatif dengan pendekatan eksperimen.Penelitian ini dilakukan pada
tahun 2011 sampai 2012. Populasi peneltian ini adalah siswa SMA berstandar, SMA
mandiri, dan siswa SMA RSBI di Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta. Teknik
pengambilan sampel dengan purposive random sampling, dan anggota sampel
penelitian sejumlah160 siswa SMA, yang berasal dari 46 siswa SMA N 1 Pengasih
(berstandar), 60 siswa SMAN 1 Wates (mandiri), 54 siswa SMAN 2 Wates (RSBI).
Disain penelitian, menggunakan metode kuasi eksperimen dengan rancangan Pretest-Postest
Control-Group Design.Perlakuan dilakukan selama 7 kali pertemuan.Metode
pengumpulan data dilakukan dengan angket, dan dokumentasi.Angket efikasi diri
dalam belajar berbentuk skala dari Likert, dengan koefisien reliabilitas dengan
teknik Alpha sebesar 0,867. Analisis data menggunakan analisis kuantitatif
diskriptif (frekuensi, persentase, rata-rata, simpangan baku), dan uji
keefektifan menggunakan teknik statistik analisis covarian. Kreteria penerimaan
atau penolakan Ho adalah p= ≤0,05.
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil
penelitian
a. Tingkat Efikasi-diri
dalam belajar siswa SMA
Data tingkat efikasi=-diri dalam belajar siswa
SMA, secara ringkas disajikan dalam tabel 1
Tabel 1. Skor Rata-rata dan Persentase
Efikasi-diri
dalam Belajar Siswa SMA.
Variabel
dan sub-variabel
|
Skor
Maks.
|
KELOMPOK
KONTROL
|
|||
Tes
Awal
|
Tes
Akhir
|
Pening-katan
|
|||
1. Efikasi Umum
|
192
|
123,85
(64,6%)
|
125,44
(65.8%)
|
1,6
1,2%
|
|
2. Kesulitan
|
64
|
43
|
44
|
1
|
|
3. Keragaman
|
64
|
38,8
|
39,4
|
0.6
|
|
4. Kesuksesan
|
64
|
41
|
42
|
1
|
Variabel
dan sub-variabel
|
Skor
Maks.
|
KELOMPOK
EKSPERIMEN
|
|||
Tes
Awal
|
Tes
Akhir
|
Pening-
katan
|
|||
1. Efikasi Umum
|
192
|
123,25
(64,4%)
|
132,58
(70,2)
|
9,33
5,8%
|
|
2. Kesulitan
|
64
|
43
|
46,5
|
3,5
|
|
3. Keragaman
|
64
|
39
|
42,4
|
3,4
|
|
4. Kesuksesan
|
64
|
41,25
|
43,7
|
2,24
|
Tabel 2. Dapat dijelaskan:
1) Secara umum
tingkat efikasi belajar siswa SMA pada kelompok kontrol tes awal sebesar 64,6%,
pada tes akhir 65,8%, mengalami keanikan sebesar 1,2%. Pada kelompok eksperimen
tes awal sebesar 64,4%, tes akhir sebesar 70,2%, mengalami kenaikan sebesar
5,8%. Hasil ini mengindikasikan layanan BK belajar dengan teknik manajemen-diri
berpengaruh pada peningkatan efikasi-diri dalam belajar.
2) Dlihat dari dimensi efikasi, yaitu keyakinan akan
kemampuan dalam menghadapi tugas yang sulit, menghadapi tugas yang beragam, dan
keyakinan akan sukses mencapai hasil maksimal: umumnya aspek efikasi yang lebih
menonjol baik kelompok kontrol dan eksperimen ada pada aspek keyakinan mampu
menghadapi tugas atau beban yang sulit, sedang yang paling rendah adalah
keyakinan akan kemampuan menghadapi tugas yang beragam.